Minggu, 23 Januari 2011

Renungan (Seorang Ayah)

 Nak,, menjadi seorang ayah itu indah dan mulia. besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu, belum hilang hingga saat ini. kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. meskipun demikian, ketahuilah, menjadi ayah itu berat dan sulit. tapi ku akui betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui makna keberadaanku dan tugas kebapaanku terhadapmu. sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa yang terindah dan paling akau banggakan di depan siapapun. bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan-Nya, hingga saat usia senja ini.

      Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali berkata " tidak ", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku atau milik ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. tak ada hakku menuntut pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan. Sejak saat itu satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilik yang sebenarnya. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.

     Inilah usaha terberatku karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu untuk dekat dengan Tuhan. keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kita pun memulai perjalanan ini berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.  Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu Nak,, ketika engkau hampir putus asa.

    Akhirnya Nak, kalau nanti ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya, aku kan ikhlas. Karena seperti itulah aku didunia. Tapi kalau boleh aku berharap , aku ingin saat itu aku melihatmu Nak,, Dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga, Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemilik-Nya.

Bdg, 09 Februari 2010